IPM Terus Meningkat, Pertanda Indonesia Akan Menjadi Negara Maju ?

📋 Daftar Isi

Latar Belakang

Pernahkah kamu berpikir, bagaimana suatu negara dapat disebut sebagai negara maju, berkembang, atau bahkan terbelakang ? Indonesia dan Amerika, misalnya. Tentu saja hal yang mendasari itu semua adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Agar dapat lebih jauh lagi mengenal IPM, yuk simak penjelasan di bawah ini !

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan indikator penting yang menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Indikator Utama IPM

Umur Panjang dan Hidup Sehat
Pengetahuan
Standar Hidup Layak

Metodologi IPM

Pada perkembangannya, IPM mengalami perubahan metodologi. Baik dari segi indikator hingga perubahan rumus hitung.

Perubahan Indikator

Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena angka melek huruf di sebagian besar wilayah sudah tinggi sehingga tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Angka Melek Huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah.

PDB per kapita sudah tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Sehingga Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita.

Perubahan Rumus Hitung

Adanya perubahan rumus hitung disebabkan karena penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Sehingga metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

Manfaat IPM

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.
IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.
Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah, juga sebagai salah satu alokator penentuang Dana Alokasi Umum (DAU).

Perkembangan IPM Indonesia

IPM Indonesia, 2010-2019

Bagi negara-negara di dunia saat ini, keberhasilan pembangunan yang mereka jalankan tidak hanya dinilai dari besarnya PDB, tetapi juga dari seberapa berhasil mereka membangun kualitas sumber daya masyarakatnya yang dicerminkan oleh IPM.

IPM Indonesia meningkat dari 66,53 di tahun 2010, menjadi 71,92 di tahun 2019. Selama periode tersebut, IPM Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 0,87% per tahun serta meningkat dari level sedang menjadi level tinggi mulai tahun 2016. Pada periode 2018-2019, IPM Indonesia tumbuh sebesar 0,74%.

Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Indonesia, 2010-2019

Umur harapan hidup saat lahir di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010-2019, umur harapan hidup saat lahir telah meningkat sebesar 1,53 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,24 persen per tahun. Pada tahun 2010, umur harapan hidup saat lahir di Indonesia adalah 69,81 tahun dan pada tahun 2019 mencapai 71,34 tahun. Bayi yang lahir pada tahun 2019, memiliki harapan hidup lebih lama 0,14 tahun dibandingan dengan mereka yang lahir di tahun sebelumnya.

Interpretasi IPM

Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2019, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,92. Angka ini meningkat sebesar 0,53 poin atau tumbuh sebesar 0,74 persen dibandingkan tahun 2018.
Bayi yang lahir pada tahun 2019 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,34 tahun, lebih lama 0,14 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir di tahun sebelumnya.
Anak-anak yang saat tahun 2019 berusia 7 tahun, memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,95 tahun (hampir setara dengan masa pendidikan untuk menamatkan jenjang Diploma I), lebih lama 0,04 tahun dibandingkan dengan yang berumur sama pada tahun 2018.
Penduduk usia 25 tahun ke atas, secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 8,34 tahun, lebih lama 0,17 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2018, masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan (PPP) sebesar 11,30 juta rupah per tahun, meningkat 240 ribu rupiah dibandingkan pengeluaran tahun sebelumnya.