Stratified Random Sampling – Skema Pembentukan Strata

📋 Daftar Isi

Konsep Pemahaman

Dalam pembentukan strata dengan metode Stratified Random Sampling, perlu dipahami terlebih dahulu dasar-dasar dari pembentukan strata yang dapat diilustrasikan pada gambar berikut,

Gambar di atas merupakan gambaran dari suatu populasi yang berjumlah 48 unit. Dari populasi tersebut, memiliki karakteristik yang dalam hal ini berupa simbol-simbol khusus. Dari populasi sebanyak 48 unit tersebut dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan karakteristik yang sama seperti ditunjukkan pada gambar berikut,

Pada gambar di atas terlihat bahwa populasi dikelompokkan berdasarkan simbol yang sama yang kemudian disebut dengan stratifikasi populasi. Dari strata tersebut, selanjutnya masing-masing strata dilakukan pengambilan sampel. Untuk teknik pengambilan sampelnya dapat menggunakan teknik yang berbeda tiap strata karena tiap strata atau subpopulasi dapat dianggap sebagai suatu populasi.

Pembentukan Strata Untuk Meningkatkan Presisi

Untuk membentuk strata diperlukan variabel pendukung (auxiliary variable) untuk mengelompokkan unit sampling sehingga varians dari nilai variabel di dalam strata menjadi lebih homogen. Bila memungkinkan lebih baik lagi bila dapat diusahakan agar perbedaan rata-rata nilai karakteristik antar strata dibuat sebesar mungkin. Untuk meningkatkan presisi maka perlu dipilih suatu variabel (yang dalam hal ini adalah variabel pendukung atau auxiliary variable) yang diperkirakan mempunyai korelasi dengan data yang akan dikumpulkan. Contoh: variabel yang baik untuk dasar stratifikasi survei sosial ekonomi nasional antara lain pengelompokan wilayah elit dan non elit, atau daerah perkotaan dan daerah pedesaan.

Dasar-dasar Pembentukan Strata

Dasar pembentukan strata tergantung dari tujuan pembentukan strata dan sifat-sifat variabel yang akan dijadikan dasar pembentukan strata, contohnya:

Unit sampling itu sendiri, misalkan mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan.
Variabel wilayah administrasi, misalnya desa perkotaan dan desa pedesaan.
Variabel letak geografis, misalnya desa pantai dan desa bukan pantai.
Variabel lainnya misalnya kepadatan penduduk, jenis lapangan usaha (daerah pertanian dan non pertanian).
Perusahaan/usaha bisa dibedakan usaha skala besar, sedang, dan kecil, misalnya berdasarkan omzet atau jumlah tenaga kerja.
Sekolah, bisa sekolah negeri dan sekolah swasta.

Dan tentunya masih banyak lagi variabel yang bisa menjadi patokan dalam pembentukan strata. Hal tersebut kembali lagi kepada tujuan dari penelitian serta dasar teori dari variabel yang ingin diteliti, apakah memiliki korelasi dengan variabel pendukung (auxiliary variable) atau tidak.