๐ Daftar Isi
Ketika beberapa orang ditanyai mengenai โapakah kamu bahagia?โ, jawabannya sudah pasti akan berbeda. Bukan hanya jawaban, saya rasa setiap orang juga memiliki pemaknaan mengenai โbahagiaโ yang berbeda pula. โKamu bahagia kalo apa?โ Beberapa orang menjawab kalo keinginannya tercapai, beberapa lagi menjawab kalo kebutuhannya terpenuhi, beberapa lagi juga menjawab kalo bisa hidup dengan tenang, punya waktu luang buat sekadar nge-drakor.
Sebelum saya melanjutkan tulisan ini, saya menekankan bahwa konsep bahagia yang saya gunakan dalam tulisan ini adalah konsep kebahagiaan menurut BPS. Kebahagiaan merupakan salah satu hal abstrak yang tentu sangat sulit diukur. BPS mengukur kebahagiaan melalui tiga dimensi: kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup. Setiap dimensinya memiliki beberapa indikator yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang dilaksanakan tiga tahunan. Jadi, dalam tulisan ini saya hanya akan unboxing sekaligus me-review apa yang sudah dipublikasikan BPS dalam Indeks Kebahagiaan 2021.
Barangkali saat ini kamu sedang kurang bahagia. Hal itu mungkin bisa jadi karena kurang piknik, deadline numpuk, pandemi, nggak ada pemasukan, dan sebagainya. Sebenarnya, apa saja sih yang โbisa jadiโ bikin kamu kurang bahagia? Berikut analisisnya berdasarkan publikasi Indeks Kebahagiaan 2021.
Kamu orang desa?
Tinggal di daerah perdesaan menjadi salah satu indikasi penyebab rendahnya kebahagiaan pada sejumlah orang. Perbedaan infrastruktur daerah perdesaan dan perkotaan dapat menjadi penyebabnya. Lagi pula, BPS mengklasifikasikan daerah perdesaan dan perkotaan salah satunya berdasarkan ketersediaan dan akses terhadap infrastruktur perkotaan. Kamu kurang bahagia? Bisa jadi kamu Cuma orang desa di mana semua keterbatasan ada di sana, mulai dari akses listrik, internet, bahkan aspek penting pembangunan yakni akses kesehatan dan pendidikan.
Pada tahun 2021, indeks kebahagiaan wilayah perdesaan sebesar 71,17 sedangkan wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi, yakni 71,73. Meskipun wilayah perdesaan masih rendah untuk dapat sebanding dengan perkotaan, dibandingkan dengan hasil 2017, indeks kebahagiaan perdesaan mengalami peningkatan cukup tinggi dari 69,57. Hal tersebut membuat gap yang terjadi semakin kecil yakni dari awalnya 2,07 menjadi 0,56. Tampaknya, pembangunan desa yang masif menjadikan orang-orang desa menjadi sedikit lebih bahagia.
Kamu perempuan?
Alasan lain mengapa kamu kurang bahagia adalah masalah perbedaan jenis kelamin. Hasil survei menunjukkan perempuan memiliki indeks kebahagiaan 71,04 sedangkan laki-laki sedikit lebih tinggi yakni 71,96.
Saya pun sebenarnya tidak tahu pasti, mengapa perempuan bisa kurang bahagia dibandingkan laki-laki. Mungkin saja, penyebabnya ada pada fisik perempuan dapat dibilang lebih lemah dari lelaki pada umumnya sehingga sangat dibatasi dalam melakukan beberapa kegiatan. Hidup terkekang dan tidak bebas dapat menimbulkan ketidakbahagiaan. Terlalu over dalam melakukan pekerjaan, khususnya bagi wanita karier yang sekaligus ibu rumah tangga, juga sedikit lebih banyak mengorbankan waktu luangnya untuk melakukan hal-hal yang disenanginya. Akibatnya, banyak perempuan yang kurang bahagia menjalani hidupnya. Jika disimpulkan, moral value yang kita dapatkan dari fakta tersebut adalah โjangan sekali-kali sakiti wanita.โ Setuju?
Kamu jomlo?
Menurut saya, bagian ini menjadi analisis yang sangat menarik. Pasalnya, menurut publikasi indeks kebahagiaan 2017, menyatakan jomlo lebih bahagia. Tampaknya, empat tahun cukup untuk membuat kebahagiaan berpindah. Berdasarkan hasil SPTK 2021, indeks kebahagiaan menurut status perkawinan dari yang tertinggi ke terendah berturut-turut adalah menikah (72,1), belum menikah (71,58), cerai mati (68,55), dan cerai hidup (68,03).
Adapun jomlo yang dimaksud di sini adalah yang belum menikah dan berstatus cerai. Artinya, meskipun kamu lagi pacaran, BPS akan menganggapnya sama saja dengan belum menikah. Meskipun responden yang belum menikah kurang bahagia dibandingkan dengan yang menikah, berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah lagi. Walaupun sama-sama nggak punya pasangan, namun ditinggal pergi orang terkasih dan berstatus โpernah memiliki pasanganโ merupakan kepedihan alih-alih kebahagiaan, kan?
Oh ya, penyebab-penyebab tersebut masih hipotesis, ya. Walaupun sudah didukung oleh data dari publikasi Indeks Kebahagiaan BPS, masih diperlukan penelitian yang lebih scientific dibandingkan hanya dengan melihat data agregatif saja misalnya dengan analisis regresi. Cocok banget nih buat topik skripsi. So, jangan lupa bahagia!